markoinbangkok – Pada perjalanan pertamanya ke Teluk Delaware pada tahun 1985, Dr. Robert Webster dan timnya menemukan bahwa 20 persen dari sampel kotoran burung yang mereka bawa pulang mengandung virus influenza. Penemuan ini membawa mereka pada kesadaran bahwa area tersebut merupakan observatorium ideal untuk melacak virus flu saat berpindah di antara burung-burung di sepanjang jalur migrasi Atlantik, yang membentang antara Amerika Selatan dan Lingkaran Arktik di Kanada utara.
Teluk Delaware menjadi tempat berkumpulnya ratusan ribu burung pantai yang bermigrasi setiap musim semi. Burung-burung ini datang untuk memakan telur kepiting tapal kuda yang kaya protein dan lemak. Selama seminggu, beberapa burung bahkan dapat menggandakan berat badan mereka sebelum melanjutkan perjalanan ke tempat berkembang biak musim panas di Arktik. Hingga 25 spesies burung berhenti di sini setiap musim semi, menjadikannya harta karun bagi ilmuwan yang berusaha menghentikan pandemi berikutnya.
Kotoran burung, atau guano, dari burung yang terinfeksi dipenuhi dengan virus slot server kamboja. Dari semua subjenis influenza yang diketahui, semuanya kecuali dua telah ditemukan pada burung. Dua subjenis lainnya hanya ditemukan pada kelelawar. Penemuan virus flu baru di Teluk Delaware dapat memberikan peringatan dini kepada dunia tentang ancaman pandemi yang akan datang.
Proyek ini telah berlangsung selama hampir 40 tahun dan menjadi salah satu proyek pengambilan sampel influenza terpanjang di dunia pada populasi burung yang sama. Dr. Richard Webby, yang kini memimpin proyek yang dimulai oleh Webster, menjelaskan bahwa memprediksi pandemi mirip dengan memprediksi tornado. “Untuk memprediksi hal-hal buruk, baik itu tornado atau pandemi, Anda harus memahami yang normal sekarang. Dari sana kita dapat mendeteksi ketika sesuatu berbeda, ketika virus berpindah inang, dan apa yang mendorong transisi tersebut,” kata Webby.
Saat ini, dunia sedang menghadapi ancaman dari virus H5N, yang menyebar melalui ternak sapi perah dan unggas di Amerika Serikat. Penemuan bahwa H5N dapat menginfeksi sapi telah membuat para ahli flu, termasuk Webby, waspada. Virus ini telah diikuti selama lebih dari dua dekade dan dapat menyebabkan gejala ringan atau tanpa gejala pada burung, tetapi sangat mematikan pada unggas ternak seperti ayam dan kalkun.
Pemantauan terus-menerus terhadap virus flu di alam liar adalah kunci untuk mendeteksi perubahan yang dapat mengarah pada pandemi. Dengan memahami bagaimana virus ini berperilaku di alam liar, para ilmuwan dapat mengembangkan strategi untuk mencegah penyebaran virus ke manusia dan hewan ternak.
Kotoran burung, meskipun tampak tidak penting, dapat menjadi alat penting dalam memerangi pandemi flu berikutnya. Dengan memantau dan mempelajari virus flu di alam liar, para ilmuwan dapat memberikan peringatan dini dan mengembangkan langkah-langkah pencegahan yang efektif. Proyek di Teluk Delaware adalah contoh bagaimana pemantauan jangka panjang dapat memberikan wawasan berharga dalam memerangi ancaman kesehatan global.